[Chapter 6 of 6] Disturbance – The Ended


es-puter

Title: Disturbance

Author: @MeydaaWK

Cast:

-Choi Sooyoung

-Cho Kyuhyun

Seo Joohyun

Genre: Sad, romance

Rating: Teenager and PG

Length: Chaptered

Credit Poster: Fearimaway

Disclaimer:

Seluruh plot adalah milik Saya. Cast milik diri mereka masing-masing dan Entertaiment mereka. Saya hanya meminjam nama mereka untuk fanfiction ini. Apabila terdapat kesamaan jalan cerita, itu hanyalah kebetulan semata dan bukan karena saya memplagiat atau menjiplak. Kamu boleh membaca namun kamu harus meninggalkan komentar. Sider sangat tidak dihargai disini!

Happy Reading~

***

 

“Untuk apa datang kembali? Bukannya segalanya sudah berakhir?

Kembalilah, karena aku akan berusaha untuk kembali.” – Disturbance.

~*~*~

 

Kukira memang segalanya telah berakhir. Namun kali ini, aku kembali menyadari bahwa pikiranku sama sekali tidak benar. Tidak ada yang berakhir. Dengan begitu, sakitku masih berlanjut.

Pagi ini, aku bangkit seperti biasa—dalam kamarku di rumah Eomma dan Appa—lalu menyadari bahwa Kyuhyun baru saja memberitahukan orang tuanya bahwa hubungannya dengan Seohyun telah berakhir. Kukira aku masih tidur dan bermimpi, namun ketika aku memecahkan gelas; aku sadar bahwa itu bukan mimpi.

Kenapa sekarang justru rasanya sesak? Padahal dulu aku selalu saja membayangkan Kyuhyun putus dengan Seohyun, lalu mengapa sekarang justru sakit? Rasanya seperti dikarantina kembali setelah seminggu dilepas. Ya, mungkin mencintainya hanyalah beban untukku.

Eomma dan Appa tidak mengatakan apa-apa, hanya memandang Kyuhyun terkejut, kemudian kembali meneruskan makan tanpa menanyakan alasan di balik keputusan mendadak itu. Aku pun begitu, sama sekali tidak ingin membicarakan tentangnya.

Sampai makananku habis, tidak ada yang berbicara. Bahkan Eomma yang biasanya cerewet pun hanya diam dan menekuni makanannya yang tersisa. Sementara Appa—yah Appa memang sosok pendiam yang penuh kasih sayang. Aku tahu mereka berdua kaget dan karena kekagetannya itu, mungkin mereka tidak bisa bertanya. Atau mungkin mereka sedang menjaga perasaan Kyuhyun yang—mungkin saja—sedang sakit karena berakhirnya hubungan antara dirinya dan Seohyun. Entahlah, intinya, aku cukup senang mendengarnya. Yang penting aku tidak perlu mendengar tentang Kyuhyun dan Seohyun.

Selesai makan, Kyuhyun beranjak begitu saja dari dapur, menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti ceracauan tentang kediaman yang mengesalkan, atau setidaknya begitu. Aku tidak begitu mendengar sampai Eomma tiba-tiba bangkit dan berjalan menghampiri Kyuhyun di teras samping. Menurut siluet tubuhnya, mereka sedang berbincang dengan serius; bahkan aku melihat Kyuhyun terus-terusan mengepalkan tinjunya di samping tubuh.

“Mereka hanya membicarakan sesuatu yang tidak penting bagi kita.” Ujar Appa tiba-tiba, membuatku sadar bahwa sedari tadi aku tidak sendirian. “Lebih baik sekarang kau pergi jalan-jalan.”

Aku menghela napas, tersenyum dan memutuskan membca saja di kamar.

~*~*~

Sampai esoknya, aku tidak pernah mengerti apa yang Eomma dan Kyuhyun bicarakan. Baru setelah seminggu, akhirnya aku mengetahui itu.

Aku sedang pulang bekerja ketika tiba-tiba saja mobil Kyuhyun muncul di hadapanku dengan tiba-tiba. Sebenarnya aku agak kaget, namun sebisa mungkin kututupi itu.

“Masuk,” katanya dengan nada datar, membuka pintu satunya dan membiarkanku masuk.

Awalnya aku ingin menolak, namun melihat wajah dingin dan datarnya, aku terpaksa masuk dan duduk dengan posisi yang sama sekali tidak mengenakkan.

“Aku menyukaimu.”

Aku terpekur beberapa saat, memandanginya dengan tatapan kosong, sama sekali tidak menyangka ia akan mengatakan itu, sekarang.ntuk tidakmempercayainya.

“Apa kau mendengarku?”

Aku masih diam, seolah terhipnotis begitu saja. Semuanya terasa tidak nyata. Ini semua, tidak benar, kan? Aku memaksa diriku untuk tidak percaya, ia hanya berusaha membuatku merasa bahagia sebentar saja sebelum pernikahannya. Atau memang ia tidak akan menikah?!

“Kenapa kau tidak menjawabku?”

Aku diam, keluar dari dalam mobil yang masih  berderak mesinnya. Berjalan pergi daari hadapan mobil Kyuhyun. Sekarang akumengerti apa yang dibicarakan oleh mereka kemarin. Eomma memaksa Kyuhyun untuk menikahiku.

Dan langkah awalnya adalah mengatakan bahwa ia menyukaiku.

Aku tidak bisa berbuat banyak supaya Eomma berhenti mengatur-ngatur kehidupanku dan Kyuhyun: terkadang Eomma memang sosok seperti itu. Apakah mereka tidak sadar bahwa melakukan itu bisa membuat hatiku sangat sangat terluka? atau jangan-jangan Kyuhyun malah senang melakukan itu? Berpura-pura menyukaiku, maksudku.

~*~*~

“Kau terlalu banyak menggabungkan,” ujar Karen dengan nada yang sangat datar. “Bisa saja Kyuhyun memang menyukaimu.”

Oh, tidak! Itu jelass mimpi sekali.

“Tidak, aku berpikir secara logika, tidak ada yang tidak mungkin. Eomma memang seperti itu, dan Kyuhyun juga sosok seperti itu. Dia aktor hebat; bermuka dua. Berbicara manis di depan kita, dan berlagak buaya di belakang.”

“Sooyoungie, ayolaah.” Karen memohon. “Bisa tidak kau biarkan Kyuhyun menyukaimu sebentar? Jika dia memang menyukaimu, dia akan bertahan.”

Aku tidak tahu apa maksud Karena: kenapa ia berpikir bahwa Kyuhyun memang tulus menyukaiku? Jika ia menyukaiku, seharusnya ia tidak menikah—maksudku, hampir—dengan orang yang ia tahu tidak ia sukai. Tapi ia melakukan itu, bukti itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa ia main-main denganku. Tapi ia putus. Bisa saja Karen benar.

Aissh, aku tidak tahu!

“Beri dia kesempatan. Setidaknya, kau akan mencoba. Jika kau bahagia, maka lanjutkan, dan jika tidak, kau tahu apa yang harus kau lakukan.” Ia mengerling kepadaku dan tersenyum.

“Dan membiarkan diriku terluka kembali?” aku tidak sadar bahwa ucapanku terdengar jahat sekali. Karen kan hanya ingin menolongku—memberi saran—dan mengapa aku terus-menerus melemparkan kata-kata sarkastik yang terdengar jahat? Semoga saja Tuhan mengampuniku.

“Bukan begitu maksudku.” Ujar Karen, kelihatannya ia tidak kecewa atau marah kepadaku setelah ucapanku tadi. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya. “Untuk bahagia, kau harus mengambil sebuah resiko. Seperti layaknya bermain kartu, kau memiliki resiko jika memilih satu warna, kau bisa kalah, dan kau bisa menang. Karena begitulah kebahagiaan, kau harus menaruhkan dirimu sendiri untuk bahagia. Yah, terkadang kebahagiaan itu memang tidak datang. Namun, apa salahnya mencoba?”

Karen benar. Aku yang kekanakan, seharusnya aku lebih dewasa sedikit di usiaku ini.

“Temui dia, tanyakan itu baik-baik, kemudian cobalah berteman dengannya kembali. Berteman dengan luka-lukamu juga.”

~*~*~

“Benarkah luka itu kini sudah mengering?

Jika sudah, mengapa rasanya masih sakit?” – Disturbance.

~*~*~

“Ada apa? Ada yang ingin kaubicarakan?” tanyanya ketika pesanan kami datang. Di hadapanku kini telah tersedia avocado float dan burger, sementara di hadapannya ada beef steak dan orange.

“Aku… ingin menanyakan maksudmu waktu itu.” Ujarku, berusaha agar tdak terlihat terlalu berharap. “Apa kau mabuk saat itu? Aku benar-benar memikirkan itu.” Dan, aku berharap ucapanku barusan terdengar seperti seorang adik yang baru saja menerima pernyataan cinta kakaknya.

“Aku serius, kalau kau mengira itu bohongan,”

Aku menelan jusku pelan dan menggigit makananku sedikit kemudian mendongak menatapnya. “Aku tidak pernah tahu bahwa kau menyukaiku.” Ujarku agak memancing. “Kau hampir menikah, Kyuhyun-ah.”

“Aku mengakhirinya. Sadarkah kau?”

Aku tidak tahu apakah aku sadar atau tidak. Apakah sampai sekarang ia tidak menyadari perasaanku? Apakah ia tidak menyadari maksud kemarahanku dan kesedihanku selama ini? Kadang-kadang aku berpikir untuk menggempur otak namja supaya lebih peka sedikit saja.

“Aku tahu itu. Tapi kau dan aku sama-sama tahu bahwa itu tidak bisa disebut alasan. Kau tidak menyukaiku, kau dengar? Kau hanya menerima saran Eomma. Atau lebih buruk, kau hanya merasa kasihan denganku.”

“Aku tidak begitu!”

“Kau memang begitu. Sadar tidaknya kau, kau sendiri tidak paham. Aku mengertimu terlalu banyak. Dengar aku, apa Eomma juga menyuruhmu memutuskan Seohyun?”

“..”

“Iyakah? Kalau begitu kau baik sekali karena mau menurutinya.” Kataku dengan tajam. “Kau tahu, terkadang ucapanmu benar-benar membuatku sakit. Setelah ini, jangan katakan hal-hal konyol lagi. Karena aku toh tidak akan percaya.”

“Lalu bagaimana jika semua itu benar?!” bentaknya seketika, membuatku tersentak. “Bagaimana jika kenyataannya aku takut mencintaimu dan berpura-pura menyukai Seohyun?! Bagaimana jika aku takut mencintaimu, takut mengakuinya di depanmu, takut menghadapi kenyataan?!”

Aku semakin terpana.

“Aku tidak pernah berkata omong kosong padamu! Aku senang ketika kau marah padaku karena Seohyun! Aku senang ketika kau menolakku karena kukira kau cemburu!”

Bibirku bergetar, aku tidak bisa mengeluarkan suara sekecilpun.

“Dan aku marah ketika kau membuat perjanjian untuk saling menjauh! Aku tidak akan pernah mau berjanji seperti itu! Aku marah ketika kau terus-menerus menghindar dariku! Aku marah kepada diriku sendiri ketika aku menyuruhmu menggugurkan anakku! Aku pengecut!”

Dunia terasa berputar terlalu cepat, kepalaku pusing. Dan terakhir, segalanya gelap.

~*~*~

Ketika aku terbangun,aku hanya mengingat sakitnya ketika keluargaku meninggalkanku sendirian. Sakitnya ketika tidak ada yang peduli kepadaku. Sakitnya ketika aku sendirian, tanpa siapa-siapa. Seorang anak berumur belasan tahun sudah sendirian. Sakitnya ketika akhirnya sebuah tangan terulur.

Ia satu sekolah denganku. Namanya Cho Kyuhyun, anak orang kaya.

Dari awal, bahkan sebelum orang tuaku pergi, aku tidak pernah dekat dengannya. Kami hanya sekedar tahu nama satu-sama-lain. Ia yang mengenalkanku kepada orang tuanya, mengatakan bahwa aku teman dekatnya yang baru saja ditinggal sendirian oleh orang tuanya. Orang tuanya senang, Eomma tidak pernah bisa hamil lagi dan ia sangat mengiginkan anak perempuan. Jadilah aku hidup dengan keluarganya.

Pada awal kehidupanku dengan keluarganya, aku masih merasa canggung. Merasa bukan siapa-siapa, dan lain-lain. Namun Kyuhyun selalu menjelaskan kepadaku bahwa kami sama, aku secara tidak resmi telah menjadi bagian penting dalam keluarganya. Dan sungguh, aku sangat terharu saat itu.

Suara keriutan pintu membuatku sadar dari lamunanku dan kembali memejamkan mata. Aku sedang lelah dan otakku sama sekali tidak ingin melakukan pembicaraan apapun, terlebih mengenai tadi. Rasanya seperti mimpi saja.

“Sooyoungie, kau sudah bangun, kan?”

Aku sudah pernah bilang kan, bahwa Eomma pandai mendeteksi tidur tidaknya orang.

“Kepalaku pusing. Aku mau tidur lagi. Jangan ganggu dulu.” Kataku sambil masih tetap memejamkan mata.

“Kau harus menghadapinya, Soo.”

Benar, kan?! Pasti Eomma ada sangkut pautnya dengan masalah Kyuhyun menyatakan cinta itu. Mungkin bahkanEomma yang menyuruh Kyuhyun untuk melakukan itu. Kadang-kadang Eomma memang bersikap menguasai.

~*~*~

Ada dua pesan ketika aku terbangun. Yang pertama dari Karen yang menanyakan kabarku setelah beberapa hari ini tidak tampak di kantor, dan yang kedua—sungguh, aku sangat sangat terkejut—dari Kyuhyun, yang mengucapkan selamat malam dan mimpi indah.

Sudah berapa bulan aku tidak dekat dengannya sehingga rasanya aneh melihat pesannya itu. Benar-benar aneh sehingga itu membuat kedua sudut bibirku tertarik begitu saja. Tuhan, kenapa tersenyum saja rasanya aneh? Ini benar-benar mengganggu, seolah melihat pesan Kyuhyun membuat seekor kupu-kkupu masuk ke dalam perutku dan mengepakkan sayapnya cepat. Rasanya aku ingin muntah.

Kukira aku tidak akan pernah merasa bahagia lagi sejak kecelakaan dan Kyuhyun. Tapi aku merasa takut, bagaimana jika semua omongan Kyuhyun hanya berasal dari mulut-mulut tidak bertanggung jawab? Kadang-kadang Kyuhyun bisa bersikap bodoh dan tidak peduli. Bahkan aku tahu tepatnya betapa sering Kyuhyun menyia-nyiakan yeoja di luar sana.

Dan aku benar-benar takut bahwa semuanya memang benar-benar nyata.

~*~*~

“Kau benar-benar menjalin hubungan dengannya, Sooyoung-ssi?”

Aku menunduk, agak merasa malu menghadapi gadis itu.

“Aku tidak tahu apa kami berhubungan, tapi ia mengatakan menyukaiku.” Ujarku jujur, tanpa berusaha membuatnya merasa terpojok oleh hubunganku sekarang. “Maaf.”

“Tidak apa-apa.” Katanya dengan senyuman sedih bertengger di bibirnya. “Memang seharusnya itu yang terjadi. Maafkan aku karena tidak melepaskan Kyuhyun lebih awal. Aku sudah mengerti bahwa kalian saling menyukai, walaupun Kyuhyun jelas berusaha menyangkalnya. Aku hanya takut apa yang ada di pikiranku akan menjadi kenyataan. Kau tahu, aku mencintainya.”

Sekarang kau merasa bahwa aku menjadi seorang wanita perebut.

“Jangan bersikap sungkan. Ini memang akan terjadi, aku saja yang bodoh yang mengira itu tidak akan terjadi. Aku yang terlalu terbuai ucapannya bahwa kami akan menikah dan melanjutkan hubungan yang lebih vital, tapi aku masih ragu. Dan untuk menutupinya, aku bersikap protektif. Aku minta maaf karena sikapku ketika menjengukmu.” Tuturnya sambil tersenyum, samar aku melihat air mata menggenangi matanya. “Maaf, tidak seharusnya aku menangis seperti ini.”

Sekarang, aku merasa bahwa tidak seharusnya aku membencinya. Posisinya sama denganku, mencintai dengan sepenuh hati dan berusaha mempertahankannya meskipun itu tidak mungkin. Aku mengerti bagaimana perasaannya, atau bahkan ia merasa lebih sedih daripada aku. Ya, ia jauh lebih dalam terlukai.

Kyuhyun telah memberikan harapan yang sangat jauh untuknya, kemudian mencabutnya. Aku tahu bagaimana rasanya; karena ia juga melakukan itu padaku. dan itu membuat ingatanku terbang pada masa itu.

~*~*~

“Ayo berkencan.”

Aku sampai memuntahkan biskuit cokelat yang sedang kukunyah, beruntung ia cepat menghindar sebelum remah-remah biskuit terkena wajahnya.

“Bagaimana mungkin?!” bentakku langsung tanpa tedeng aling-aling. “Apa kau lupa status kita? Maksudku, mereka kira kita ini saudara!”

“Yaah, itu kan perkiraan mereka saja.” Kata Kyuhyun dengan tenang. “Bahkan Eomma sendiri mengatakan bahwa kita tidak seperti itu.”

Yah, benar. Eomma memang tidak menganggap kami saudara. Bukannya aku sudah mengatakan itu?

“Bagaimana? Kau mau?”

Ini konyol sekali. Walaupun mulutku terus menerus mengatakan tidak mungkin, jantungku justru berdebar. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa ini terjadi.

“Bagaimana? Besok ya? Sepulang sekolah?”

Akhirnya aku mengangguk, tersenyum sendirian.

Esoknya, sepulang sekolah aku sudah menanti di gerbang sekolah. Kelas Kyuhyun pulang setengah jam setelahku. Aku duduk disana sendirian hingga bel kembali berdentang dan Kyuhyun lewat di hadapanku.

Ia agak kaget melihatku, mulutnya membentuk senyuman ceria sebelum seorang murid sekelasnya yang perempuan lewat dan menggandengnya, membisikkan sesuatu yang membuatnya tersenyum lebih lebar.

“Sooyoung-ah, maaf! Hari ini aku akan berkencan dengan Joomi, makan siang bersama kita tunda saja kapan-kapan. Selamat siang.”

Hari itu, aku menangis sepanjang jalan pulang dan menyesali mengapa aku begitu bahagia.

~*~*~

Bukan hanya itu yang Kyuhyun lakukan kepadaku. Ia juga pernah berpura-pura mencintaiku di depan teman-temannya, hal yang kukira hanya mimpi semata: yang memang benar.

Ia mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia mencintaiku sebagai seorang gadis, bukan seorang adik atau saudara. Ia mengatakan itu dengan raut wajah serius yang membuatku berbunga-bunga.

Perkataannya itu lebih menyakitkan daripada ketika ia berpura-pura mengajakku berkencan. Esoknya, ia berkata padaku bahwa ia hanya ingin teman-temannya menganggap aku ada, bukan mengacuhkanku seperti biasanya.

Hal yang sungguh kusesali.

Sampai kini aku terlalu takut untuk mempercayai ucapannya. Ia sudah terlalu sering menyakitiku. Aku bahkan tidak mampu mencintainya lebih dalam lagi, hatiku sudah terlalu sakit. Ia telah menyakitinya berkali-kali. Membuangku, menarikku kembali, kemudian mencampakkannya lebih lagi dengan cara yang bahkan sangat kejam dan lebih menyakitkan.

Satu yang membuatku berpegang teguh pada ucapannya, ia tidak akan berbohong mengenai masalah ‘mencintaiku-sejak-lama’.

~*~*~

“Kau masih belum percaya kepadaku?”

Jujur saja, aku bahkan tidak percaya padanya. Yah, meskipun aku sudah cukup bahagia.

“Aku sama sekali tidak mengerti. Sulit mempercayainya setelah kau berhasil menipuku dua kali. Kau lupa? Kencan dengan Joomi dan ingin temanmu menganggapku ada. Jika kau lupa, aku tetap akan selalu ingat.”

Ia terdiam. Sama sekali tidak menjawab, mungkin kaget mendengar responku yang begitu menusuk.

“Ya, aku ingat,” katanya kemudian dan menggigit bibir. “Seharusnya aku tidak melakukan itu. Namun saat itu aku tidak bisa menahan perasaanku, dan aku mengatakannya. Kemudian aku menyesal, dan berbohong kepadamu. Padahal, itulah yang sebenarnya.”

~*~*~

Kyuhyun memang mencintaiku.

Ia memang tidak mengatakannya dulu. Namun ucapannya terasa benar sekali.

Apa yang mendorong Kyuhyun hingga ia memaksa keluarganya untuk menerimaku?! Apa yang mebuat dirinya bersikap baik kepadaku ketika aku bahkan sangat mengesalkan? Apalagi?

Ia menyukaiku.

Sepuluh tahun yang lalu.

Ia mencintaiku lebih dulu, bahkan sebelum aku mengenalinya. Bahkan sebelum aku menghapal semuanya. Ia berjalan lebih maju, namun berhenti pada titik ‘mencintai’. Ia takut aku akan kecewa karena perasaannya. Ia takut aku akan menjauh  karena ia mengira aku menganggapnya seorang kakak. Ia takut, sedangkan aku terus berharap.

Aku ingat Kyuhyun yang meninju teman laki-lakiku ketika SMP, karena temanku itu menjadikanku bahan taruhan. Aku ingat Kyuhyun yang tak berangkat sekolah selama tiga hari, hanya karena aku demam dan tidak bisa bangun. Aku ingat Kyuhyun yang memaksa Eomma untuk membelikanku apa yang kuinginkan, hanya karena aku memohon-mohon padanya.

Aku ingat, dan semua momen itu benar-benar menyakitkan.

Ia, dengan segenap perasaannya, tidak pernah mencoba berani untuk mendekatiku. Ia hanya menahannya, berusaha melupakannya, berusaha memangkasnya. Namun gagal. Ia tetap mencintaiku.

Sampai tiba di hari ia tidak bisa menahan perasaannya, ia mengajakku berkencan. Belakangan, ia menyesal. Takut jika aku akan menangkap radar cintanya itu. Dan ia berpura-pura. Saat itu, Joomi bukan membisikkan tentang kencan bersama, melainkan ucapan selamat karena Kyuhyun berhasil mendapatkan nilai bagus. Kyuhyun bersembunyi di balik keceriaan gadis itu. Ia menyembunyikan perasaannya.

Aku benar-benar tidak mengerti kenapa laki-laki melakukan ini. Menutupi perasaan, berusaha terlihat baik-baik, dan menyakiti dirinya sekaligus orang yang dicintainya sendiri.

Oh, dan satu lagi.

Ia melakukan ‘itu’, hanya untuk membuatku tidak menikah dengan orang lain. Memang egois, ia sudah meminta maaf untuk itu.

Dan Eomma…

Dari kecil, ia telah mengerti segalanya.

Perasaannya, perasaanku.

Kami.

Pagi itu, Eomma berbisik kepada Kyuhyun, untuk mengakui semuanya. Untuk berhenti melakukan kebohongan-kebohongannya. Bukan Eomma yang memaksa Kyuhyun mengakhiri hubungannya dengan Seohyun, bukan Eomma juga yang memaksa Kyuhyun mengucapkan kata ‘suka’ kepadaku. Itu murni dari Kyuhyun.

Eomma… satu-satunya orang yang tahu semuanya. Yang tetap tutup mulut sampai akhirnya kami dewasa. Satu-satunya orang yang mensugestikan diriku untuk tetap baik saja.

Eomma sudah tahu segalanya. Bahkan sangat jauh sebelum aku menyadari.

~*~*~

“Selamat pagi,”

Aku terbangun dan terpana melihat Kyuhyun sudah berdiri di depanku dengan pakaian resmi yang terlihat sangat pas di tubuhnya.

“Pagi.” Aku mengernyit merasakan cahaya matahari cerah yang menyinariku. “Kenapa kau bisa sampai disini?”

“Kau tidak mengganti password-mu. Aku bisa dengan mudah masuk.”

Aku mengangguk sekilas, lalu menatapnya lagi. “Mengapa kau memakai pakaian seperti itu?” tanyaku dengan aneh. Kemudian melirik ke weker di nakasku, “pada pukul tujuh pagi. Di hari minggu.”

“Apa kau lupa hari apa sekarang?” tanyanya sambil mengernyit. Melihatku memandangnya bingung, ia mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti kertas kaku dari dalam sakunya, kemudian mengibarkannya di hadapanku.

“Tunggu… invite card? Untuk apa?”

“Hei, kau benar-benar lupa rupanya!”

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku dan mulai bangkit, kepalaku berdenyut nyeri dan itu sangat menyakitkan. Tadi malam aku lembur mengedit dua novel yang deadline-nya adalah hari ini.

“Hari ini kita menikah.”

Kepalaku semakin berdenyut sementara mulutku menganga lebar.

“APAA?!” seruku dengan tanpa tedeng aling-aling. “MENIKAH?”

“Kenapa kau kaget begitu? Kau sangat pelupa ya? Bukannya dulu aku pernah berjanji padamu akan menikahimu pada tanggal dan tahun ini?”

~*~*~

Flashback—

 

 

“Kau dengar aku?”

Ya, aku memang mendengarnya. Namun lidahku terlalu kelu untuk menjawab. Lagiula tangisanku juga sulit dihentikan dan aku terpaksa hanya diam, bahkan menganggukpun aku tidak sanggup.

“Ya, Sooyoung-ah! Berhenti menangis! Kau dengar aku?”

Akhirnya kepalaku berhasil mengangguk. Ia menghela napas lega dan menarikku duduk di kursi taman. Kami duduk disana beberapa saat; dengan aku yang menangis dan dengan dirinya yang hanya menepuk-nepuk bahuku ringan, menenangkanku.

“Suatu saat nanti, aku akan menjagamu dari gangguan orang seperti mereka. Mereka akan mendapatkan balasan yang setmpal atas apa yang telah mereka lakukan kepadamu.”

Hening.

“Suatu saat nanti, kau bisa memegang ucapanku ini.”

“Tidak perlu.” Aku sangat ingat ucapanku saat itu. “Aku hanya ingin kau tetap disini, bersamaku.”

“Baiklah, esok, pada tanggal dan bulan ini, tahun 2013, kita akan menikah di gereja yang penuh bunga anggrek. Kita, berdua.”

Aku mengangguk riang, tersenyum, merasakan hangat di hatiku saat itu. Merasa bahwa kami memang akan melewatkan pernikahan yang menyenangkan itu. Tahun 2013.

Dan ia benar-benar tidak melupakan janjinya itu.

Hari itu, 20 November 2000, ia telah berjanji kepadaku untuk hidup bersama, dan sekarang ia menepatinya.

***

Kali ini Kyuhyun benar-benar konyol. Ia mengajakku bertemu dengan Seohyun, seseorang yang benar-benar terluka dengan kehadiran kami, terlebih dengan berita pernikahan yang begitu mengagetkan. Bahkan Eomma sampai menjatuhkan baki yang sedang digenggamnya ketika Kyuhyun mengatakan niatnya untuk menikahiku. Dan Appa, ia hanya diam dan mengangguk, tersenyum sekilas, walaupun aku tahu dari raut wajahnya bahwa ia begitu kaget dengan keputusan ini.

Meskipun Eomma tahu bahwa kami saling mencintai, beliau tidak pernah menyangka Kyuhyun akan secepat ini mengakui semuanya. Dan Appa—ia memang tidak pernah tahu apa-apa. Ia hanya tahu bahwa kami memulai hubungan terlarang. Sederhana saja.

“Kau benar-benar akan mengajak Seohyun bertemu?” tanyaku lagi, memastikan. Kami sudah duduk di dalam mobil, sementara Kyuhyun masih sibuk mengetik pesan untuk kantornya.

“Ya, ya. Tentu saja.” Singkat. Kyuhyun tidak berubah sama sekali, ia tetap sosok yang seperti itu. Maksudku, ia bisa benar-benar dingin seperti ini, padahal aku ini adalah calon istrinya—oh betapa aku menyukai menyebutnya begitu.

“Ayo kita jalan sekarang.” Ujarnya tiba-tiba, “mengapa kau tersenyum sendiri?”

Aku tergegap dan menjilat bibir. “Eh, ani. Tidak apa-apa.” Ujarku bohong. “Ayo cepat jalan.”

Kyuhyun tidak kunjung menjalankannya dan malah menengokku menyelidik. “Apa yang ada di pikiranmu?! Hal negatif ya?”

Sial, ia memang sangat menyebalkan.

Aku melotot, memutuskan tidak membalas karena aku tahu hubungan baik kami akan langsung panas jika aku melanjutkannya.

“Sudah cepat jalan!”

Ia merengut, namun menjalankan mobilnya pelan, menyusuri jalan yang terlihat seperti padang bunga di mataku yang terus tersenyum.

~*~*~

Seohyun sudah sampai ketika kami tiba. Ia memakai terusan bewarna biru tua dengan rambut terkuncir berantakan. Aku melihat bahwa matanya memerah dan membengkak. Sungguh, ini semakin membuatku tidak enak terhadapnya.

“Annyeong~” sapaku perlahan, menarik kursi dan duduk. “Apa kabar?”

Ia hanya tersenyum sekilas dengan mata mengisyaratkan ‘kau-tahu-apa-yang-terjadi-padaku’.

“Kudengar kalian akan menikah..” ia menghentikan ucapannya dan tersenyum dengan getir, matanya berkaca-kaca, dan aku takut ia akan memohon kepada Kyuhyun untuk kembali. “Aku—turut bahagia. Semoga kehidupan kalian—menyenangkan.” Ia sudah berlari keluar, dan aku semakin menyesal kenapa mau diajak Kyuhyun kemari.

“Kau lihat apa yang kau perbuat padanya.” Ujarku sinis, menatap nyalang kursi Seohyun tadi. “Kau benar-benar menghancurkan hatinya,”

Lengang. Kyuhyun hanya diam tidak menjawab.

“Aku sudah meminta maaf kepadanya, bahkan sejak kami memutuskan berpacaran.” Ujar Kyuhyun tiba-tiba, sepertinya ia tidak menjawab ucapanku tadi dan memulai pembicaraan lagi. Terserahlah, aku siap mendengar. “Dari awal hubungan kami sudah tidak normal.”

“Maksudmu?”

Kyuhyun menatap galak, membuatku bungkam.

“Jangan menyelaku, babo.”

Apa ada pasangan yang menyebut pasangannya sendiri degan ‘babo’? oh jelas tidak, hanya kami yang seperti itu.

“Ah, sudahlah. Itu masa lalu. Ayo ikut aku.”

Aku mengedikkan bahu, menyesap kopiku cepat-cepat kemudian berjalan menuju mobil sementara Kyuhyun berada di kasir untuk membayar bon kami.

“Kita mau kemana?”

Kyuhyun tidak menjawab dan malah berdeham; sialan. Ia pandai sekali membuatku kesal.

Mobilnya berjalan keluar dari pelataran parkir kafe, berjalan menuju jalan raya yang ramai. Matahari pagi sungguh menyenangkan, aku membuka kaca jendela sedikit; mengabaikan amarah Kyuhyun tentang AC yang terbuang sia-sia. Lagipula, tidak selamanya kami bisa berkendara bersama seperti ini. Melewati banyak hal yang benar-benar menyakitkan. Jadi membuang AC sekali-kali seharusnya tidak apa-apa, bukan?

Aku senang ketika kami terdiam di mobil dalam keadaan baik-baik saja begini. Tidak seperti dulu. Hubungan kami hancur sekali. Apalagi dengan perihal perjanjian untuk tidak saling bertemu seperti itu. Aku sudah berusaha menguburnya  meskipun kadang-kadang aku teringat tentang bayiku yang seharusnya sekarang masuk usia empat bulan kandungan.

“Kau memikirkan apa?” tanya Kyuhyun tiba-tiba membuatku tersentak. “Belakangan ini kau menjadi sangat pendiam. Aneh sekali.”

Aku tahu bahwa Kyuhyun tahu penyebabnya. Bodoh sekali namja itu malah mengorek-ngorek permasalahan kami dulu. Aku masih belum siap membicarakannya, apalagi jika itu sudah menyangkut bayiku dan kecelakaan itu. Rasanya masih sakit saja, apalagi ketika Kyuhyun mengatakan untuk tidak bisa bertanggung jawab.

Sungguh, rasanya aneh ketika kau bertemu orang yang sama—dalam versi pikiran yang berbeda. Dulu Kyuhyun bersikap galak dan dingin kepadaku, dan sekarang ia kembali seperti dulu: sebelum berpacaran dengan Seohyun. Seakan otaknya di-restart ulang lagi. Aku berharap otaknya tidak di-restart lagi sehingga ia akan melupakanku.

Itu saja harapanku.

Aku hanya ingin kami hidup baik-baik saja. Tanpa dibayangi perasaan enggan dan rasa bersalah. Aku ingin hidup seperti pasangan pada umumya; tertawa bersama, jalan bersama; duduk di mobil bersama; tidur bersama. Mungkin ada kalanya kami akan bertengkar, memperebutkan sesuatu seperti warna cat rumah kami esok, warna mobil kami nanti, perlengkapan bayi jika aku hamil kembali, gaun pernikahan, resepsi, apapun. Aku hanya berharap salah satu dari kami dikurangi kekeras kepalaannya sehingga hubungan kami akan tetap baik-baik saja.

Ya, karena itulah harapanku.

“YA CHOI SOOYOUNG! KAU TIDAK PUNYA TELINGA, HAH?”

Aku tersenyum miris. Baru saja aku memikirkan hal-hal baik dan sekarang otakku sudah mengepulkan asap.

MATI KAU, CHO KYUHYUN!

– F I N –

MWK’s Note:

Annyeong~~

Akhirnya saya post Disturbance chapter end nih hehe. Maaf ya menunggu lama, ini aja baru jadi beberapa menit lalu dan langsung saya post -_-

Untuk ff saya yang masih menggantung saya minta maaf, otak mandat di jalan dan saya lagi males ganti-ganti cast buat Jesamja /pemalas/

TERIMA KASIH untuk segenap reader saya yang sudah menunggu postingan ini dan telah memberi komentar di setiap fanfiction saya, kepada reader yang telah memberi semangat saat saya down waktu itu, kepada Rima Rahmi eonni yang sudah membuatkan posternya tiga sekaligus XD, terima kasih untuk sider yang walaupun tidak memberi komentar tapi tetap sudi meluangkan waktunya untuk membaca fanfiction saya; saya harap sider itu mau memberikan komentar di chapter end ini, terima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan berkah otak kepada saya, kepada komputer saya yang sering ngadat tiba-tiba dan mouse-nya yang selalu mengajak bertengkar -_-

POKOKNYA MAKASIH SEMUANYA ^^

Tinggalkan komentarmu ^^

Annyeonghaseyo~~~

 

 

 

 

231 thoughts on “[Chapter 6 of 6] Disturbance – The Ended

  1. finally happy ending , nangis bahagia deh ^^
    jadi selama ini kyu juga cinta tapi gengsi? heuh dasar, ffnya kerreeeen banget, kenapa ga dari duku nyangkut di wp ini ya? kayanya banyak banget ff yg keren ^^
    btw cindewhorella nya di tunggu yaa ^^ semangat!

    Like

  2. Ahhh sayang banget ending nya cuman segini :/
    ehm agak maksain ya ending nya *mian ^^v
    tpi bener kejutan ternyata kyuhyun mencintai sooyoung selama itu , tp tetep kenapa smpe berhubungn am seo .-.

    Like

    1. Halo Mayang!^^

      Hhhh iyaa aku udah mentok banget jujur pas buat ini hehe ._. Yappp aku pun sadar kalau ini maksa juga ahaha 🙂

      Anyway makasih banyak udah baca dan komen dari chap pertama sampe selesai!^^ Maaf ya gak bisa balas satu=satu… 😦

      Like

    1. Haloo!^^
      Iyaap emang enggak ada 😦 Aku gak bisa bikin huhu maaf yaaa :’)
      Anyway terima kasih banyaaakk kamu udah baca dari chap 1 sampe selese ini :3 Aku bacain tapi maaf ya aku gak bisa balesin ._.v
      ^^

      Like

  3. Sequel dong chingu …
    Ff end nya sih bagus kyuyoung brsatu, tp masak kyu seenaknya gitu gk dapet balasan or apa gtu … or sequelnya AS pas uda nikah …
    Tp kw ndk jg gpp ..
    Untuk ksluruhan kerennn , daebak n q suka ff nya 🙂

    Like

  4. Bagus bgt ceritanya.. walaupun ada beberapa cerita yg belum clear menurut sya… dan juga terlalu cepat… kalau di perpanjang konfliknya akan lebih bagus eon… hehe.. over all… good…

    Like

  5. Masih gantung bgt thor. Dan seharusnya ada penjelasan lebih detail lagi. Agak kurang sih penjelasaan waktu sooyoung hamil dan kyuhyun malah nyuruh gugurin kandungan dan waktu sooyoung kecelakaan dan ‘anak mereka’ meninggal kenapa kyuhyun acuh banget gitu huhuhu kejam

    Like

  6. Bagus bgt, akhirnya hepi ending. Walaupun sebenarnya mash agak kecewa sich ma kyu yg seenaknya aja mempermainkan perasaan perempuan. Pengennya sich ada sequelnya tentang gimana merka jadi ggaknya nikah, trus juga dibikinin dari sudut pandangnya kyu juga, . Eh tapi itu cmn saran ya thor,gak punya maksud apa2. Pokoknya ff kamu semuanya keren2, Daebak author. Keep writing yaa….

    Like

  7. Thour bikin ASnya dong,,,,Aqu nungguin ASnya dari beberapa bulan lalu,taping gak keluar2 juga

    ceritanya masih gantung,,,penasaran sama cerita mereka kalau udah nikah,,

    Like

  8. Thour bikin ASnya dong,,,,Aqu nungguin ASnya dari beberapa bulan lalu,taping gak keluar2 juga

    ceritanya masih gantung,,,penasaran sama cerita mereka kalau udah nikah

    Like

  9. maaf ya thor kalo aku cuma bisa coment disini 😦 hehe aku bingung mau koment apa kalo kelanjutan ceritanya udah ada. dari awal aku baca ini udah tertarik bgt XD walaupun sampe akhir masih menyayangkan kenapa bayinya harus mati -_- kecewa bneran deh sm sifat kyu. tapi banyak kejutan. aku suka thor kkkkk tp ko endingnya gitu y-? 😀 mksih udah mo ksih pw

    Like

  10. bagus bget tp kok krang dpet feel kyuyoungnya ya soalnya mreka brtngkar mulu di sini…bkin sequelny bgus tu…ditunggu…hwaiting

    Like

  11. satu yang aku tangkap mungkin ada kalanya kita harus merasakan sakit untuk kebahagian yang kita inginkan itu… harus lebih sabar lagi

    Like

Tell Me Your Wish?  ̄ε ̄)