Helping Hands


heLPING HAND

Helping Hands

By Authumnder

featuring [Monsta X] Kihyun & [CLC] Yeeun

genre slight!Fluff, Comedy, AU | length  667 words, Ficlet | rating Teen.

Sebotol Axe jelas-jelas sudah bukan pilihan yang valid lagi, jadi yang bisa ia tawarkan hanya… “Dan satu ciuman di pipi!”

***

“Yoo Kihyun,”

Tanpa menilik pun yang terpanggil tahu siapa yang menyeru barusan. Bukan seseorang yang penting, kalau ia diperbolehkan untuk berkomentar. Oleh karena itu, ia bahkan tidak mendongak dari tumpukan kertas pekerjaannya sewaktu mengoreksi, “Kak Kihyun.”

“Kihyun.” Jang Yeeun ngeyel, berderap maju untuk mengecek kegiatan si tetangga. “Kau lagi ngapain?”

Nggak sepertimu, beberapa manusia punya yang namanya urusan penting dan pekerjaan.” Tandas Kihyun, kali ini mengilaskan senyum meremehkan ke arah Yeeun. “Sana pergi.”

“Justru itu,” Yeeun menjentikkan jemarinya. “Aku kemari juga karena itu, tahu.” Ia menatap penuh arti ke arah si lawan bicara, sedikit banyak mengharapkan paling tidak tanggapan. Nihil, Yoo Kihyun masih sibuk dengan kertas F4-nya. “Oke, jadi begini, aku punya PR Matematika yang susah sekali dan bikin rambutku rontok memikirkannya. Jadi karena aku tidak ingin kau malu karena punya tetangga yang kena setrap—tolong bantu aku membuat PR-ku, oke?”

“Kenapa harus malu? Aku ‘kan cuma tetanggamu, bukan urusanku juga kalau kau dipermalukan di depan seisi sekolah.”

Bibir Yeeun otomatis mengerucut mendengarnya. Bah, tetangganya ini memang tidak punya hati!

“Begini, deh..” ia mencoba memberi penawaran menguntungkan. “Kalau kau membantuku, aku akan membelikanmu brownies kukus di ujung jalan, bagaimana?”

Kihyun bergeming.

Menyadari situasi di ujung kekalahan, Yeeun buru-buru menyodorkan usulan lain. “Brownies di ujung jalan dan sebotol parfum Axe, deh!”

Kihyun menghela napas, mendongak sebentar untuk melemparkan tanggapan sinis lainnya. “Dengar, ya, sekarang aku bukan pengangguran lagi dan brownies di ujung jalan bisa kuraih dengan sangat mudah kalau aku mau. Kedua, aku nggak pakai Axe.”

“Ayolaah, bantu aku! Sekali ini saja, deh! Kau tahu ‘kan aku bakal kena amuk ibuku kalau ketahuan kena hukuman lagi di sekolah? Memangnya kau suka mendengar kami berdua tiba-tiba jadi pemandu sorak?”

Gadis itu benar, Kihyun benci suara melengking Yeeun dipadu dengan intonasi penuh amarah ibunya—yang jelas kombinasi keduanya tidak bagus untuk telinga manusia.

“Kerjakan saja dulu, aku bantu mencocokkan saja.” Ia menghela napas untuk kali kedua dalam jangka waktu kurang dari lima menit. “Sekali-kali usaha sedikit apa susahnya, sih?”

“Oke, begini deh, kalau kau membantuku mengerjakan PR-nya—membantu di sini tidak cuma mencocokkan saja—aku akan membelikanmu brownies kukus, cokelat Toblerone, dan… dan…” Yeeun berhenti sebentar untuk memutar otak. Sebotol Axe jelas-jelas sudah bukan pilihan yang valid lagi, jadi yang bisa ia tawarkan hanya… “Dan satu ciuman di pipi!”

Kihyun nyaris terjengkang dari kursinya, kepalanya kontan berputar menghadap si tetangga yang kini cengengesan dengan wajah menyebalkan (ia segera menyesalinya, karena sekarang dunia terasa berputar dan lehernya sakit setengah mati).

“Kau gila, ya, Non?” cetusnya. “Tawaran satu ciuman di pipi dan semua orang mengira kau cewek polos yang tidak tahu apa-apa.”

Yeeun berhenti cekikikan, segera melemparkan pandangan membunuh kepada Kihyun. “Dan kau bertingkah seakan-akan belum pernah menciumku saja!” balasnya sadis.

Oke, hm, kalimat Yeeun tidak seperti kedengarannya, kok, Kihyun berusaha meluruskan. Mencium di sini tidak seperti apa pun itu yang tengah kaupikirkan. Demi Tuhan, Yoo Kihyun hanya seorang bocah berusia dua belas tahun sewaktu insiden itu terjadi (long story short, Yeeun tujuh tahun jatuh dari pohon jambu dan pingsan seketika, dan Kihyun—menuruti insting edannya—segera memberi napas bantuan yang amat sangat amatir dan tidak menghasilkan apa pun. Teman mereka berdua tidak pernah berhenti menggunjingkan kejadian tragis yang tolol itu sampai Kihyun masuk SMA, bayangkan sendiri betapa lamanya ia harus menanggung malu!).

Fine, fine,” ia menyerah, melepaskan cekalannya pada berkas-berkas oranye yang berserakan di meja, lantas mengulurkan tangan untuk meminta soal Yeeun. “Kubantu sedikit-sedikit, tapi kau yang harus berpikir.”

Setengah jam akhirnya berlalu dan buku kotak-kotak Yeeun sudah tertutup rapi dengan PR terselesaikan.

“Sudah sana pergi!” perintah Kihyun, mengedip-ngedipkan kedua matanya yang pedih karena terlalu lama menatap wajah frustasi Yeeun dan angka-angka jelek yang bercecer di lembar buku tulis secara bergantian. Ia sendiri sudah siap melanjutkan kembali pekerjaannya sampai sebuah benda lembap mendarat di pipinya.

Hanya tiga detik, sih, tapi dampaknya benar-benar…

“Jang Yeeun! Lihat saja sampai kuberitahu ibumu!” teriak Kihyun mengancam, berusaha menghalau semburat merah jambu yang hendak merambat ke pipinya dan menepis jauh-jauh bau stroberi yang berasal dari lipbalm si gadis tetangga.

Hanya cekikikan Yeeun dari kejauhan yang sampai di telinganya.

End.

Finished: 18:22 | January 06, 2016.

(a/n): ini apa ya…. aku juga nggak ngerti kenapa kok bikin kayak ginian. xD tapi idenya muncul begitu saja dan entah kenapa otakku langsung kayak ‘pake Kihyun sama Yeeun aja!!!!’ bisikan yang amat sesat huhu. Ya sudahlah. Anyway since jarak umur mereka berdua adalah lima tahun, jadi di sini ceritanya Yeeun di akhir tahun SMA (samaan, mba!!!) dan Kihyun baru banget lulus dari kuliah WKWKWKW khayalan lagi. xD

6 thoughts on “Helping Hands

    1. Rahma? Rahma? (Ceritanya baru muncul pas dikau sudah menghilang) (lah) xD
      AIH AKU YANG KANGEN KALI MA HUHU, MAKASIH BANYAK YHA SUDAH MAMPIR DAN BACA INI UH UH AKU TERHARU ❤ (mey paan mey) xD

      Like

Leave a reply to Authumnder Cancel reply