That Sick Way


17

Title: That Sick Way

Author: @meydawn (oke, aku ganti uname twitter lagi. uhuk)

Cast:

-Cho Kyuhyun

-Choi Sooyoung

Genre: Sad, Romance, Marriage-Life

Rating: Teenager, General

Length: 2.198 wordS

Disclaimer:

Ketika rasa jenuh itu mulai datang mendera, salah satu dari mereka harus segera mengakhirinya sebelum semuanya berjalan dengan lebih menyakitkan. Dan mereka yang tersisa—satu yang tidak merasakan kejenuhan itu—harus rela tertikam hatinya. Itu adalah takdir. Karena terkadang, perasaan tidak sejalan dengan pemikiran manusia. Ia bisa berubah dengan cepat, bahkan ketika kita tidak menyadarinya pun.

Tapi satu yang Kyuhyun tahu sekarang; ia jenuh kepada istrinya sendiri.

***

Butuh waktu berbulan-bulan untuk memikirkan ini matang-matang, dan sekarang Kyuhyun siap. Ia telah mempersiapkan semuanya dengan baik dan benar, dan resminya, ia sudah siap berpisah dengan istrinya.

“Aku harus pergi.” Katanya ketika mereka berdua sedang duduk di teras depan rumah sambil menikmati secangkir teh hangat. “Aku tidak tahu mengapa, tapi bukannya kau merasakan itu? Kau tahu hubungan kita tidak seharmonis kelihatannya.” Lanjutnya sambil menatap Sooyoung di sampingnya, setengah menanti bagaimana ekspresi wajah wanita itu.

Dan ketika Sooyoung menoleh, Kyuhyun tidak mendapati sedikit pun emosi di sana. Hanya ada sepasang bola mata yang bulat dan besar, menatapnya, dan dengan bibir yang melengkung ke atas—tersenyum.

“Aku tahu.” Jawab wanita itu, tampak tenang dan ringan. Seolah-olah perkara bercerai bukanlah hal yang begitu mengagetkan baginya.

“Aku sudah menyewa pengacara. Dan kau, tinggal menandatangani surat itu ketika telah siap nanti.”

“Ya, baiklah.” Sahut Sooyoung, menyesap tehnya dalam keheningan. Kecuali suara kecipak air ketika ikan-ikan koi keemasan yang meluncur dengan indah di dalamnya. “Apa aku perlu menyewa pengacara juga?”

“Mungkin.” Kyuhyun berkata dengan nada entahlah, “aku akan bertanya nanti.”

Mereka berdua kembali menyesap teh masing-masing.

“Mm, Kyuhyun?”

“Ya?”

Sooyoung hanya menatapnya, dan tampaknya memang itulah yang diinginkan wanita itu. Mungkin ekspresi raut muka wanita itu terlihat tenang dan normal, namun tiada yang tahu bagaimana hatinya.

***

Aku bosan dengan kejenuhan ini. Bukan berarti aku mau kau meninggalkanku. Aku masih mencintaimu.

 

 

***

Sebenarnya, kejenuhan itu memiliki alasan. Alasan yang sangat kuat sebenarnya. Sayangnya, Kyuhyun tidak pernah mengerti alasan itu sehingga ia bertindak gegabah—ia mengkhianati janji sehidup semati yang diucapkannya di gereja dahulu kala, ketika ia berdiri di sana dengan setelan tuksedo, sementara Sooyoung berada di sampingnya. Dengan mudah kejenuhan akan pekerjaan dan kecintaannya terhadap istrinya itu hilang perlahan seiring senyum ‘orang lain’ itu terus-menerus menderanya. Seakan air hujan yang tenang, namun terus-menerus menetesi batu besar—lama kelamaan, batu itu berlubang. Dan lubang itulah yang menjadikan segalanya seperti ini.

Seperti pergeseran lempeng dalam bumi, hati Kyuhyun juga mengalami pergeseran. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya akan istri yang dulu begitu ia cintai itu, sekarang yang ia tahu hanya bahwa ia butuh, ia butuh orang lain untuk menenangkan jiwanya yang tegang dan hatinya yang berlubang. Dan gadis itu datang tepat waktu.

Kyuhyun tidak tahu—atau tepatnya lupa—bagaimana proses ia berkenalan dengan gadis bermarga Oh itu. Tapi kemudian, ketika tangan mereka berjabatan dan ketika pandangan mata mereka bertemu, Kyuhyun tahu bahwa kejenuhan itu sudah mencapai puncaknya.

Berbekal sisa keberanian dan dorongan—yang bersifat jahat—dari sahabatnya yang playboy itu, Kyuhyun dengan berani menyatakan cintanya kepada Oh Sera—gadis itu. Ia melupakan Sooyoung yang senantiasa menunggunya di rumah, ia melupakan betapa janji dan cintanya dulu untuk Sooyoung sangat menggebu-gebu. Tapi itu dulu. Sekarang, semuanya telah berubah. Tepatnya, Sera yang merubahnya.

Dan—betapa membahagiakannya!—Sera membalas perasaannya, meskipun gadis itu sendiri tahu bahwa Kyuhyun tidak sendirian. Ia seorang suami. Namun rasa cintanya membutakan segalanya, ia hanya ingin bahagia bersama orang yang ia cintai yang juga membalas rasa cintanya. Dan abracadabra, mereka menjadi pasangan.

Untuk sesaat, Kyuhyun lupa tentang permasalahannya. Ia mulai senang menginap di hotel atau di apartemen Sera, di manapun asal jauh dari istrinya. Orang-orang di kantornya mulai tahu tentang hubungan gelap mereka, namun tak seorang pun berani memberitahukan pengkhianatan itu kepada Sooyoung. Lagi pula, itu bukan urusan mereka. Masalah perselingkuhan itu adalah masalah keluarga Kyuhyun dan Sera, bukan masalah mereka. Jadi mereka mengabaikannya.

Pada suatu saat, ketika Kyuhyun menidurkan Sera di kasurnya dan Sera melihat cincin pernikahan itu, Kyuhyun tahu bahwa ia memang tidak bisa membiarkan Sera menjadi pihak ketiga di sini.

“Buang saja cincin itu,” ujar Sera sambil menahan diri untuk tidak marah. “Sepertinya kau sudah tidak membutuhkannya.”

“Sera, tidak semudah itu.” kata Kyuhyun, mencoba berpikir dengan jernih. “Aku berjanji akan mencari cara untuk mengakhiri keabadian janji itu, tapi—please—jangan sekarang.” Ia mencium puncak kepala Sera dengan cara yang sama ketika ia mencium Sooyoung dulu.

Sera tersenyum, merasa menang dengan peperangan yang diciptakan Kyuhyun. Tapi tentu saja tidak, ia belum sepenuhnya menang. Belum, setidaknya sampai terdapat bukti bahwa hubungan asmara Sooyoung dan Kyuhyun sudah berakhir.

***

Aku sudah berusaha. Dan sepertinya itu telah gagal. Kadang-kadang aku berpikir, apakah ia punya seseorang yang lain di sana?

Dan jawabannya ‘ya’.

***

Tidak seperti yang dipikirkan Kyuhyun sebelumnya. Ia kira Sooyoung akan marah besar dan menangis seperti anak kecil ketika ia menyodorkan berkas-berkas perceraian itu. Ia tentu salah besar karena Sooyoung bahkan masih tersenyum.

“Kau harus menandatangani ini.” Katanya sambil memberikan berkas itu ke atas meja, tempat Sooyoung meletakkan makan malam. “Kita harus segera menyelesaikannya.”

“Ya, kau benar.” Sahut Sooyoung, masih tersenyum dan ia mengeluarkan bolpoinnya. “Apakah ada seseorang di sana yang menunggu dengan gembira saat-saat seperti ini?”

Kyuhyun tercekat. Bagaimana Sooyoung tahu?!

Melihat ekspresi Kyuhyun, buru-buru Sooyoung menambahkan, “Ah, tidak. Aku hanya bercanda. Tentu saja aku salah, bukan? Dasar konyol.” katanya sambil tertawa ringan.

Kyuhyun mengangguk, kelewat terlalu cepat sehingga Sooyoung tersenyum kembali.

Tapi tidak benar. Semuanya tidaklah benar. Sooyoung tahu segalanya. Istrinya, yang Kyuhyun anggap terlalu bodoh dan tidak tahu urusannya ternyata tahu tentang lubang itu. Tentu saja Sooyoung menyadari renggangnya hubungan mereka, dan sebagai wanita dan seorang istri; ia berusaha melakukan apa saja untuk membuat Kyuhyun kembali kepadanya. Namun sepertinya, segala usahanya hanya sia-sia ketika Kyuhyun tak kunjung menunjukkan sikap bahagianya ketika mereka berdua menikmati teh bersama, atau ketika mereka makan bersama. Laki-laki itu bahkan tak sudi menunjukkan tatapan penuh cinta itu kepadanya lagi. Dan mau tidak mau, ketika Kyuhyun semakin jarang pulang dan tidak pernah menelepon, Sooyoung tahu itulah ciri-ciri ketika lelaki mengalami kebosanan yang amat sangat. Dan wanita seperti Sooyoung jelas tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghilangkan kebosanan itu, ia hanya bisa menerimanya.

Namun, tak pernah sekalipun terlintas di pikiran Sooyoung bahwa Kyuhyun memiliki seseorang yang lain. Seseorang yang senyumnya mampu mengalahkan bayangan Sooyoung di otak laki-laki itu. Dan kini Sooyoung tahu, hubungan mereka jelas-jelas tidak bisa diselamatkan kembali.

Seminggu ketika Kyuhyun tak menelepon dan tak pulang, Sooyoung menangis setiap malam, menangisi tentang keadaannya yang mengenaskan. Ia mulai menulis di lembaran kertas yang ditumpuknya di sudut lemarinya, tempat dimana Kyuhyun tidak pernah menjamahnya. Hanya sebaris atau dua baris kalimat yang sama sekali tidak puitis, namun menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu, dan saat ini.

Seorang psikolog sepertinya tahu bagaimana keadaan hubungannya. Sooyoung mengerti, bahkan sebelum Kyuhyun mengatakan ‘aku harus pergi’-nya yang masih terasa menyakitkan. Tapi apalah gunanya semua itu? Sejak Sooyoung tahu tentang kejenuhan suaminya dan bahwa hubungan mereka sudah tidak dapat diselamatkan, ia menguatkan hatinya dan menyiapkan diri. Sehingga saat itu tiba, ia sudah tidak merasa kaget lagi. Mudahnya, ia menyicil rasa sakit itu setiap hari, setiap jam, setiap saat sehingga rasa sakit itu tidak akan membebaninya secara langsung.

Sebelum menutup hari, Sooyoung melangkah dengan pelan dan mengambil kertas kosong putih yang kering, ia menyiapkan bolpoin.

Surat itu sudah datang.

Selamat menjalani hidup baru…

 

***

“Hari ini kita akan pergi menemui ibuku.” Jelas Kyuhyun dengan nada terburu-buru. Ia bahkan belum membalas sapaan ‘selamat pagi’ Sooyoung yang wanita itu  ucapkan beberapa detik yang lalu. “Ayo, waktu kita tidak banyak.”

Tanpa banyak bicara, dan merasa bahwa segala ucapannya tidak akan mendapat respon dari Kyuhyun, Sooyoung masuk ke dalam kamarnya dan menyiapkan diri. Dua menit kemudian ia sudah siap dengan pakaiannya.

Mereka masuk ke dalam mobil, dan selama perjalanan, tidak ada yang mengeluarkan ucapan sedikitpun. Sooyoung hanya diam mematung, memikirkan bahwa seharusnya ia menikmati ini karena sebentar lagi ia tidak akan bisa semobil dengan laki-laki yang berada di sampingnya. Sementara Kyuhyun, ia sibuk memikirkan tentang tanggapan ibunya mengenai ini semua. Wanita itu pasti shock, tapi selalu ada kemungkinan bahwa ibunya juga akan menyukai Oh Sera, seperti wanita itu menyukai Sooyoung.

***

“Kau sudah memberikan surat itu padanya? Apa tanggapannya?” tanya Sera ingin tahu ketika Kyuhyun menjelaskan perihal perceraiannya.

“Biasa saja. Seolah-olah dia sudah tahu ini.”

“Apakah menurutmu ini aneh? Maksudku…, tidak seperti normalnya.”

“Memangnya normalnya bagaimana?”

“Dia pasti merasa terluka.” Sera menerawang. “Apakah dia kelihatan seperti itu?”

Kyuhyun tidak tahu, jadi ia menggeleng.

“Kupikir ia pasti punya selingkuhan.”

“Apa?”

“Selingkuhan. Tahu, kan, seperti hubungan yang sekarang kita jalani.” Raut wajah Sera berubah sedih dan Kyuhyun buru-buru merengkuhnya.

“Lupakan, Sayang. Sebentar lagi hubungan ini tidak akan seperti itu.”

“Menurutmu, apakah rasanya sakit menjadi Sooyoung?” tanya Sera lagi, mengabaikan kalimat romantis dari Kyuhyun barusan. “Kadang-kadang aku berpikir tidak egois.”

Benar juga, pikir Kyuhyun, selama ini… apakah Sooyoung merasa sakit?

Pikiran itu masih terus ada bahkan sampai sekarang.

***

Rumah ini sekarang kosong. Rasanya menyedihkan. Tapi begitulah nasibnya setelah ini.

Sesuatu yang hilang, tiada akan kembali.

 

 

***

 

 

“Eomma, aku ingin bicara sesuatu. Yang sangat penting.” Kyuhyun memulai kalimatnya dan meletakkan sendoknya dengan suara dentingan pelan. “Amat penting.”

“Ya, baiklah, katakan saja,” sahut Ny. Cho dengan suara seperti biasanya, ia pun menghentikan acara mengemilnya dan mengistirahatkan tangannya.

Kyuhyun menarik napas.

Sooyoung menghela napas.

Ny. Cho memandang mereka dengan tidak mengerti.

“Kami… memutuskan untuk mengakhiri ini semua saja.” ujar Kyuhyun pelan dengan suara paling halus yang ia bisa.

Ny. Cho tampak terpukul dan tidak mengerti. Wajahnya mengerut dan sikap tubuhnya menunjukkan bahwa ia tidak mengerti apapun yang sedang terjadi dengan rumah tangga puteranya.

Rasanya, Sooyoung ingin membuka mulut untuk mengatakan: tidak, bukan ‘kami’ yang memutuskan bercerai. Hanya Kyuhyun. Tapi aku tidak. Namun, jika ia mengeluarkan kalimat itu, jelas ibu—calon mantan—suaminya akan tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Dan Demi Tuhan, Sooyoung tidak mau mendengar pengakuan perselingkuhan itu, karena rasanya pasti sakit. Ia memutuskan membiarkan kejelasan hubungannya mengambang di langit-langit antara kesedihan dan kebahagiaan. Hubungan mereka akan berakhir, dan itu cukup untuknya.

“Tapi… kenapa?”

“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Dan kupikir Sooyoung-pun begitu.”

Ah, masa? Aku sangat sangat sangat mau melanjutkan ini, Sayang.

“Pasti ada alasan untuk itu, kan? Sekarang, coba katakan itu.”

Kyuhyun menarik napas cepat dan kemudian membuangnya. “Aku bosan dengan hubungan ini! Aku lelah karena aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri untuk tetap tinggal dan bersama Sooyoung! Apakah Eomma mengerti ini?”

Ketika kejujuran itu dinyatakan, Sooyoung hanya merasa hatinya tertikam-tikam. Tapi tentu saja ia tidak menampakkannya. Ia tetap setia dengan senyumnya, mencoba tabah dan mempertahankan sisa hatinya yang lain. Yang mungkin saja retak, namun setidaknya tidak hancur.

“Eomma, kadang-kadang dalam hubungan terjadi hal seperti ini.” Jelas Sooyoung dengan manis dan tetap memasang senyum. “Bukan berarti kami bertengkar atau saling membenci, tapi… terjadi kejenuhan satu-sama-lain. Hubungan tidak bisa dilanjutkan jika kejenuhan itu tidak segera disingkirkan. Tapi kupikir, kejenuhan itu sudah sampai pada puncaknya—”

“Karena itu kami bercerai.” Sela Kyuhyun.

“Kyu, bisakah kau meninggalkanku sendirian bersama Sooyoung?” tanya Ny. Cho, lebih seperti perintah daripada pernyataan.

Ketika Kyuhyun bangkit dan meninggalkan meja makan, ruangan itu lengang. Pintu ditutup oleh Ny. Cho dan sekarang mereka berdua duduk di sofa di kamar Ny. Cho.

“Aku juga bercerai dengan ayahnya.” Gumam Ny. Cho dengan pahit. “Penyebabnya hampir sama, namun lebih parah lagi, pria itu selingkuh di belakangku.”

Sooyoung merasa lemah dan pasrah. Seiring detik berlalu, rasanya ia semakin ingin menangis dan mengatakan bahwa semua bukan keinginannya, ini tidak ada sangkut pautnya dengannya.

“Awalnya aku tidak mempercayai kata teman-temanku bahwa ayah Kyuhyun selingkuh. Aku tetap berpegang teguh pada janji sewaktu di altar.” Suara wanita paruh baya itu makin lemah. “Tapi kemudian aku tahu, janji suci itu sudah dilanggar. Aku tahu bagaimana perasaanmu. Kulihat sepertinya Kyuhyun punya orang lain. Apakah kau mengetahui itu, Soo?”

Sooyoung mengangguk.

“Jadi, Soo, lepaskan semuanya.”

Hanya dengan kata ‘lepaskan semuanya’ itu membuat air mata Sooyoung tiba-tiba mengalir. Ia menangis, sampai sesenggukan, sampai tersedak. Di tengah-tengah tangisnya yang membahana, ia bertanya, lebih seperti merintih,

“Apa yang terjadi dengan kehidupan kita, Eomma?!”

Tapi Sooyoung dan Ny. Cho sama-sama tahu; hubungan yang telah berakhir tak pantas untuk ditangisi.

***

Tulisan terakhir dari Sooyoung pada malam itu:

Sudah berakhir.

Andai namaku ada dalam pikiranmu, kuharap kau ingat bahwa aku seseorang yang pernah kaucintai.

Bukan seseorang yang mengecewakanmu.

***

Esoknya, segalanya telah selesai. Benar-benar selesai, tanpa sisa apapun. Kyuhyun tidak perlu repot-repot membagi harta gono-gini, karena rumah yang biasa mereka tinggali, sekarang menjadi milik sah Sooyoung.

Kadang-kadang, perasaan bisa begitu hancur melihat keadaan sekitar. Seperti ketika kau kehilangan seseorang yang serumah denganmu, dan ketika kau kembali ke rumah itu, mendapati hanya ada kekosongan di sana. Tentu saja, seseorang itu sudah pergi.

Tak pantas rasanya untuk Sooyoung menangisi semua ini lagi. Bahkan untuk masih mencintai Kyuhyun saja, mungkin ia tidak pantas. Tapi perasaan itu bukan hanya berbentuk seperti garis yang mengapung saja. Garis cinta Sooyoung memiliki akar dan batang yang sangat kuat. Yang sayangnya, bunga itu tidak akan pernah tumbuh di atas pohon cintanya itu. Maka, biarlah semuanya berjalan secara semestinya.

Namun, rumah itu sekarang tidak berpenghuni. Sooyoung memutuskan, satu-satunya cara untuk melupakan adalah meninggalkan juga. Karena itu ia pergi.

Ia berharap, sampai perasaannya musnah, ia tidak akan kembali.

musim panas tahun keenam

Juni 2014.

E N D

A/N

Halo semuanyaaaaaaaaaaaaaaaaa

Akhirnya aku bisa kembali setelah lama banget minggat hehe. Blog ini udah lama banget ya kosongnya -_-

Sebenarnya ini ff udah jadi beberapa minggu yang lalu. Tapi karena koneksi internet yang hilang begitu saja dari rumah, akhirnya aku musti pergi ke warnet dulu buat mau post. Emang agak nyedihin sih, apalagi kalau banyak tugas yang butuhin internet L

Tapi sekarang aku udah balik lagi hehe.

Kesamaan judul ff ini dengan ‘That Sick Hope’ emang disengaja kok. Tapi ini bukan cerita bersambung/sequelnya yaaaaaaaa. Tapi karena aku nggak kreatif aja, nggak bisa bikin judul lain wkwk -.-

DAN SEKALI LAGI, MAAF KARENA AKU KEMBALI BIKIN SAD ENDING/GANTUNG ENDING LAGI!!

Mungkin udah kebiasaan bikin sad ending, makanya agak susah kalo mikir happy ending.

Dan makasih buat seluruh readerku, yang udah baik banget mau komen di wpku yang ga keurus ini. Kaliaaan maniiiiiiiisssssss banget hhe J

Semoga aja setelah UAS, aku bisa kembali aktif kayak dulu lagi. Bisa setiap hari on dan ngebalesin komentar J maaf ya, karena sekarang aku jaraaaang banget bisa balesin komentar. Wp di andro aku bener-bener minta dibanting!!!!!!

Betewe, aku kembali ganti unem lagi. Bentar lagi aku ngedit How To Get Password kok. Hehe.

I LOVE YOU READER! SARANGHAMNIDA! MOACH!!

BUBYE~~~~

 

 

 

 

 

105 thoughts on “That Sick Way

  1. iya serius aku nangis beneran ^_^ oke aku ngerti kok 🙂 cuma aku pengen tanya dulu aebelum repost, entar kalo main comot itu namanya plagiat kan gak enak. makasih sebelumnya 🙂

    Like

  2. Ya ampun aku menangis membacanya ;( baru baca, kukira gak bagus 😦 apakah author-nya mengizinkan ya bila aku repost di ffn dengan cast naruto pasti seru tuh apakah boleh author-nim?

    Like

    1. haloo!
      hah serius sampe nangis???? xD tapi…. maaf ya aku belum bisa bolehin kamu repost ini dengan diganti cast-nya ;;; tetep, makasih banyak loh kamu udah baca ini! dan sorry :___; i hope you understand..

      Like

  3. dapet feel nya!! Tpi gantung endingnya!! Aku berharap ada lanjutannya!! Di tunggu nee??!! HWAITING~!!! 😀

    Like

  4. author cantikk please yaa bikin SEQUEL nya ..cerita nya sooyoung hamil anaknya Kyuhyun gituu ..tapi tanpa ada yg tau

    Like

  5. rasa sedihnya lbh ngena drpd yg hope. krn apa yg terjadi di pernikahan kyuyoung lbh ngerasa sakit hati, cuma krn mulai jenuh, kyu ambil keputusan ekstrim, ditambah adanya orang ketiga yg makin micu. tp miris jg ternyata kisah ibu kyu sama kayak soo. ini bener2 buah jatuh gak jauh dr pohonnya. kirain ibu kyu bakalan pertahanin hubungan kyuyoung, ternyata nyuruh lepasin jg T__T hanya tersenyum dalam kesedihan

    Like

  6. chingu jahat banget bikin cerita ff kaya gini, huh..!!
    andai bisa di perpanjang lagi, ‘kyu yang menyesal meninggalkan sooyoung’ (oke ini udah biasa).oke chingu Hwaiting!!

    Like

  7. aiiishhh,,,jinjja,,,emang ya untuk urusan kuras menguras airmata tuh,kamu jagonyaaa…..
    bener2 nyesek dahhhh…. kyu itu like father like son…. eomma-appanya cerai gara2 appanya jenuh dan selingkuh sekarang eh,,kyu juga jenuh dan selingkuh…..

    Like

Tell Me Your Wish?  ̄ε ̄)