Light Bulb


YUWOO

Light Bulb

by Authumnder

CLC’s Yujin & 17’s Wonwoo | Comedy, Slice of Life

+++

“Wonwoo, nanti pulang mampir ke tempatku dulu, ya.”

Yang dipanggil menoleh ke arah Yujin yang barusan berbicara, menghentikan aktivitasnya menyalin catatan sejenak untuk bertanya, “Ngapain?”

Begitu menyadari perhatian Wonwoo yang ditujukan sepenuhnya untuknya, Yujin langsung menangkupkan kedua tangannya di atas meja dengan mata berbinar-binar dramatis. “Kemarin aku habis bikin kue,” katanya. “Ueeenakkk banget.”

“Terus?” Wonwoo menyahut dengan tidak tertarik, terbukti dengan kepalanya yang tunduk kembali menghadap notes.

Yujin mendengus. “Masalahnya, porsi kuenya besar sekali, mana mungkin kuhabiskan sendirian, ya, nggak?”

“Kirim ke tetanggamu, dong. Katamu mereka sering mengirimimu makanan?”

Telinga Yujin panas mendengar ucapan temannya itu, bibirnya mengerucut ketika ia mencetus, “Ini orang, mau dikasih makanan gratisan saja protes. Doyan nggak, sih?! Plus, tetanggaku sedang pergi liburan.”

“Iya deh, iya.” Wonwoo cepat-cepat mengiakan, tahu benar kalau masalah bisa tambah runyam kalau dia berkomentar lagi.

Dan Wonwoo menepati janjinya. Sewaktu bel berbunyi dan semua buku-bukunya sudah dilesakkan dalam ransel, dia tetap duduk di bangkunya, menunggu Yujin selesai menyalin alih-alih melesat keluar dari ruang kelas. Cewek itu malasnya minta ampun, selalu saja meminjam notes milik Wonwoo walau dia sendiri hadir di kelas, alasannya sih karena dosennya suka tega mengganti slide sebelum Yujin selesai menulis, tapi Wonwoo tahu kemalasanlah yang jadi penyebab utama. Biarpun begitu, toh Wonwoo masih saja meminjamkan notesnya.

Perjalanan menuju apartemen milik Yujin tidak memakan waktu lama. Iyalah, orang tempatnya cuma berjarak lima menit jalan kaki, bahkan asrama yang disediakan universitas mereka saja kalah dekat. Inilah alasan kenapa Wonwoo oke-oke saja tiap kali disuruh mampir, selain karena apartemen Yujin rapi, luas, dan punya segunung makanan di dalamnya, tempatnya juga terjangkau.

Yujin baru membuka mulutnya lagi ketika Wonwoo sedang ribut melepas sepatu di ruang tamu. “Eh, Wonwoo,” katanya, cengirannya membuat perasaan cowok itu tidak enak. “Sebelum kuenya kuhidangkan… pasangin lampu kamarku dulu, ya? Please. Sudah tiga hari aku tidak tidur di sana. Gelap banget, gila. Please, please, please?

Wonwoo langsung paham maksud Yujin mengajaknya ke sini. Bah, dia sebenarnya sudah curiga akan motif tersembunyi cewek itu—bikin kue yang ukurannya terlalu besar katanya? Masak ramen saja kadang-kadang masih suka kelembekan!

“Wonwoo! Jangan cuma berdiri di situ, dong! Ya, ya? Pasangin lampuku, ya? Aku niatnya mau pasang sendiri, tapi tempat lampunya tinggi banget. Terus kalau aku naik tangga sendirian, siapa yang mau megangin? Siapa tahu ‘kan permukaan tanahnya tidak rata terus aku jatuh terus—”

Helaan napas keras Wonwoo refleks menghentikan ocehan tak tentu arah Yujin. “Iya, iya, kupasangin. Mana lampunya?” ujarnya, mengalah.

Aksi angkat dan panjat tangga berlangsung dua menit kemudian. Mengganti lampu yang mati sebenarnya sudah menjadi tugas biasa bagi Wonwoo (bagaimanapun, rumahnya juga memiliki lampu), tapi jadi luar biasa karena Yujin terus-terusan mengganggunya dengan seruan-seruan khawatir tidak bermakna dan sorakan gembira ketika, akhirnya, lampunya menyala dengan benderang kembali.

Yeay! Makasih banyak! Eh, eh, Wonwoo! Jangan turun dulu, tunjukkan dong gimana cara melepas lampunya? Aku ‘kan mau belajar juga. Diputar ke kanan? Apa ke kiri?”

“Nggak perlu.” Sela Wonwoo, mengabaikan perintah Yujin dengan menuruni tangganya lagi. Dia mendarat dengan selamat (untungnya).

Yujin mengangkat sebelah alisnya. “Nggak perlu gimana?”

“Nggak perlu belajar cara ganti lampu. Kalau mati lagi, bilang saja padaku.”

Mulut Yujin otomatis melongo mendengarnya. Tumben temannya itu bersikap baik! Tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. “Cie! Khawatir kalau aku kenapa-napa, ya?” celetuknya asal.

“Nggak juga, sih,” elak Wonwoo cuek. “Mana kuenya? Jangan-jangan kau bohong ya soal itu?”

Topik agak menjurus ke ‘hei-kau-naksir-aku-ya’ tadi segera musnah selagi Yujin sibuk menggeleng. “Nggak, nggak! Aku nggak bohong! Kau duduk santai ya di ruang tamu, biar aku ke dapur dulu.”

Mau tahu kenyataannya? Tebakan Wonwoo memang benar, Yujin tidak membuatnya, dia pergi ke dapur untuk menelepon toko bakery dan meminta mereka mengirim seporsi besar brownies kukus. Dasar!

fin.

Finished: 22:18 | June 08, 2016.

Maafkan bahasa yang tidak baku plus dialognya yang tidak keruan ;_;

 

15 thoughts on “Light Bulb

  1. AAAAAAAA wonu-yujin gemash sekali seh lama-lama aku ngeship mereka juga neh >.<
    Sarkasme Wonu tuh emang ora ana tandingan bikin speechless, terus Yujin juga kacrut banget ya lord wonu ngga cape apa punya temen kaya gitu?
    Keep writing, Kak Mey! Ditunggu fiksi Wonwoo-Yujin selanjutnya!
    Btw moodboard-nya aesthetic deh kusuka ❤

    Like

    1. bagus!!! ayo ngeship mereka!!!!
      dua-duanya sama kuat wkwk, yujin strong banget bisa temenan sm orang kayak wonu dan sebaliknya hahaha.
      HAHAHAH moodboardnya tuh aneh sekali setelah kulihat2??? warnanya kurang apa gitu haha tapi makasih banyak ya ran :>

      Like

  2. karakter wonwoo disini wonwoo banget yakkkk(?) wkwk
    kayak realnya wonwoo dingin2 datar gitu wkwk
    bikin lg dong yang wonwoonya udah agak care gitu hehe

    Like

    1. yess, aku pengen gitu sekali-kali liat wonwoo bertingkah bego ;_; terlalu lurus mah orang itu ;_;
      wah susah nih zar abisan wonwoo tuh kayaknya ga akan pernah care????

      Like

    1. HALOOO LEL!
      hehehe maaf ya late rep mulu ;_; bikos kalo ga rusuh bukan yujin wkwk soalnya pantes banget yujin dipakein (??) karakter kelabakan begini heuheu. makasih banyak ya lel sudah mampir dan baca ini!^_^

      Liked by 1 person

Tell Me Your Wish?  ̄ε ̄)